Cari Blog Ini

Kamis, 12 Januari 2012

obat obat pada pasien kritis


BAB I
OBAT SHOCK

Obat shock biasa terjadi karena adanya efek samping obat. Obat shock bisa terjadi karena:
1.    Shock Jantung
Komplikasi infark jantung ini sangat ditakuti, krn sering kali fatal. Kekurangan pemasukan darah ke jaringan bergejala kulit pucat, dan dingin, rasa takut dan gelisah, denyut jantung cepat dan lemah, lalu pingsan. Shock dpt pula diakibatkan oleh tachycardia hebat dan radang otot jantung (myocarditis).
Pengobatan dilakukan dengan zat-zat Vasopresor/inotrop (dopamin, dobutamin, ibopamin) yang menaikan volume-menit jantung dan tekanan darah.

2.    Shock Anafilaktis ( pd penggunaan obat2)
Dalam keadaan gawat dapat timbul suatu reaksi anafilaksi (bahasa yunani ana= tanpa,phylaxis=perlindungan). Pada shock anafilaktis, masuknya antigen pertama membuat tubuh tanpa perlindungan terhadap pemasukan antigen berikut. Kadar histamin dapat meningkat dg dratis, seperti pada peristiwa kecelakaan dg banyak kehilangan darah atau cedera bakar hebat.
Pada kelompok orang tertentu yg telah disensibilisasi terhadap satu atau beberapa jenis alergen dapat timbul suatu reaksi anafilaksis hebat. Misalnya alergen dalam makanan (kacang-kacangan, buah kiwi, arbai dll) atau obat seperti kelompok penisilin.


3.    Shock Hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan perdarahan hebat akibat kelianan gastrointestinal merupakan 2 penyebab syok hemoragik yang paling sering ditemukan. Syok hemoragik juga bisa terjadi akibat perdarahan internal akut ke dalam rongga toraks dan rongga abdomen. 
A.    Patofisiologi 
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan cara mengaktifkan 4 sistem major fisiologi tubuh: sistem hematologi, sistem kardiovaskular, sistem renal dan sistem neuroendokrin. System hematologi berespon kepada perdarahan hebat yag terjadi secara akut dengan mengaktifkan cascade pembekuan darah dan mengkonstriksikan pembuluh darah (dengan melepaskan thromboxane A2 lokal) dan membentuk sumbatan immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak akan mendedahkan lapisan kolagennya, yang secara subsekuen akan menyebabkan deposisi fibrin dan stabilisasi dari subatan yang dibentuk. Kurang lebih 24 jam diperlukan untuk pembentukan sumbatan fibrin yang sempurna dan formasi matur. 
Sistem kardiovaskular awalnya berespon kepada syok hipovolemik dengan meningkatkan denyut jantung, meninggikan kontraktilitas myocard, dan mengkonstriksikan pembuluh darah jantung. Respon ini timbul akibat peninggian pelepasan norepinefrin dan penurunan tonus vagus (yang diregulasikan oleh baroreseptor yang terdapat pada arkus karotid, arkus aorta, atrium kiri dan pembuluh darah paru. System kardiovaskular juga merespon dengan mendistribusikan darah ke otak, jantung, dan ginjal dan membawa darah dari kulit, otot, dan GI. 
System urogenital (ginjal) merespon dengan stimulasi yang meningkatkan pelepasan rennin dari apparatus justaglomerular. Dari pelepasan rennin kemudian dip roses kemudian terjadi pembentukan angiotensi II yang memiliki 2 efek utama yaitu memvasokontriksikan pembuluh darah dan menstimulasi sekresi aldosterone pada kortex adrenal. Adrenal bertanggung jawab pada reabsorpsi sodium secra aktif dan konservasi air.
System neuroendokrin merespon hemoragik syok dengan meningkatkan sekresi ADH. ADH dilepaskan dari hipothalmus posterior yang merespon pada penurunan tekanan darah dan penurunan pada konsentrasi sodium. ADH secara langsung meningkatkan reabsorsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distal.

B. Pengobatan 
Objektif pengobatan farmakoterapi adalah untuk mengurangkan morbiditas dan mencegah komplikasi. 
1. Kategori obat: Antisecretory agents 
Nama obat Somatostatin (Zecnil) – biasanya merupakan tetradecapeptide yang diisolasi dari hypothalamus dan pancreas dan sel epitel enteric. Menghilangkan aliran darah ke system porta akibat vasokonstriksi. Efeknya sama seperti vasopressin tetapi tidak menyebabkan vasokonstriksi arteri koronari. Cepat dikeluarkan dari sirkulasi, dengan waktu-paruh permulaan selama 1-3 min. 
Dosis Dewasa 250 mcg IV bolus, diikuti 250-500 mcg/jam infus; dikekalkan pada 2-5 jam jika berhasil . Kontraindikasi Hypersensitivitas 
Interaksi Epinephrine, demeclocycline, dan thyroid hormone bisa mengurangi efek.
Kehamilan- 
Pengawasan Bisa menyebabkan eksaserbasi atau kelainan pada empedu; mengubah keseimbangan hormone dan mungkin menimbulkan hypothyroidism dan defek pada konduksi jantung.
2. Nama obat Octreotide (Sandostatin)
octapeptide sintetik. Dibandingkan dengan somatostatin, cara kerjanya sama tetapi dengan potensi yang lebih besar dan waktu kerja yang lebih lama. digunakan sebagai tambahan kepada pelaksanaan non-operatif dari sekresi cutaneous fistula lambung, duodenum, usus kecil (jejunum dan ileum), atau pancreas.  Dosis Dewasa 25-50 mcg/h IV infuse berterusan; diikuti dengan IV bolus sebanyak 50 mcg; perawatan sehingga 5 jam. Dosis Anak 1-10 mcg/kg IV q12h; diencerkan dalam 50-100 mL NS atau D5W .
Kontraindikasi Hypersensitivitas Interaksi Bisa menurunkan efek cyclosporine; pasien yang mengambil insulin, hypoglycemics oral, beta-blockers dan calcium channel blockers mungkin memerlukan modifikasi dosis. Kehamilan B – biasanya aman tapi manfaat harus melebihi resiko 
Pengawasan Efek samping biasanya berkaitan dengan perubahan motilitas GI termasuk nausea, nyeri abdomen, diarrhea, dan meningkatkan prevalensi terjadinya batu empedu; akibat perubahan keseimbangan hormon, (insulin, glucagon dan GH) hypo- atau hyperglycemia bisa terlihat; bradycardia, abnormalitas konduksi jantung, dan aritmia pernah dilaporkan; akibat inhibisi sekresi TSH, hypothyroidism bisa timbul; nasihatkan pengawasan untuk pasien dengan gagal ginjal; cholelithiasis bisa terjadi 



BAB II
OBAT SALURAN NAFAS

A.      OBAT SALURAN NAFAS
Istilah CARA /Chronic Aspecific Respiratory Affections mencakup semua penyakit saluran nafas yang bercirikan penyumbatan (obstruksi) disertai pengembangan mukosa ( udema) dan sekresi dahak ( sputum) berlebihan. Penyakit-penyakit tersebut meliputi berbagai bentuk penyakit beserta peralihanya, yakni asma, bronchitis kronis dan emfisema paru yang gejala klinisnya dapat saling menutupi (overlapping)
1.      Asma/bengek adalah suatu penyakit alergi yang bercirikan peradangan steril kronis yg disertai serangan sesak nafas akut secara berkala, mudah sengal-sengal dan batuk (dengan bunyi khas). Pengobatan asma dan bronchitis dapat di bagi atas terapi serangan akut dan terapi pemeliharaan untuk mencegah serangan/memburuknya penyakit.
a.       Serangan asma akut biasanya dapat dihentikan dengan suatu bronchospasmolitikum untuk melepaskan kejang bronchi.
1)      Pilihan 1 adalah β2-mimetikum (β2 Agonis) per inhalasi, Salbutamol/terbutalin dengan efek cepat ( sesudah 3-5 mnt). Bila perlu dibantu dengan suppo aminofilin.
2)      Pilihan 2 adalah obat yang tak-selektif, spt efedrin dan isoprenalin, dapat pula diberikan sebagai tablet, tetapi efeknya baru nampak sesudah lbh krg 1 jam. Bila sesudah 15mnt belum mnghasilkan efek inhalasi dapat diulang skali lagi. Jika juga tidak memberikan efek, pasien perlu dberi obat scr injeksi intravena : Aminophylin dan salbutamol.
3)      Pd serangan hebat , seringkali  ditambahkan hidrokortison/prednison i.v. Sbg tindakan terakhir dpt diinjeksikan adrenalin yg dpt diulang2 kali dlm wkt 1jam.
b.       Terapi pemeliharaan asma yang merupakan suatu penyakit peradangan.
1)      Asma ringan (serangan <1X sebulan) : Salbutamol, terbutalin 1-2 inhalasi/minggu
2)      Asma sedang (serangan  1-4 x sebulan) : Kortikosteroid-inhalasi,spt beklomethason, flutikason atau budesonida dlm dosis rendah (200-800 mcg/hari)
3)      Asma agak serius ( serangan >1-2 x seminggu) dpt ditanggulangi oleh kortikosteroid dg dosis lbh tinggin( 800-1200  mcg/hari) dan dikombinasi dg β2-mimetikum/  antikolinergik (ipratropium) sebagai bronchodilator
4)       Asma Serius (serangan >3 x seminggu) (salmeterol, formoterol)  dapat dikombinasi dengan teofilin.
2.      Inhalasi adl suatu cara penggunaan adrenergik dan kortikosteroid yg mberikan keuntungan dibandingkan pengobatan per oral. Dlm sed inhalasi obat dihisap sbg aerosol (nebuhaler) atau sbg serbuk halus ( turbuhaler). Inhalasi dilakukan 3-4 kali sehari 2 semprotan (puffs).
3.      Mekanisme kerja obat asma:
anti-alergika adalah zat-zat yang berkhasiat menstabilisasi mastcell (anti-alergika),sehingga tidak pecah dan mengakibatkan terlepasnya histamin dan mediator peradangan lainya.

2.      Bronkhitis
a.       Definisi
Bronkhitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkhitis bisa bersifat serius.


b.      Penyebab
Bronkhitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan (terutama) organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia). Serangan bronkhitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari sinusitis kronis, bronkiektasis, alergi, pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak. Bronkhitis iritatif bisa disebabkan oleh berbagai jenis debu, asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromin. Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida dan tembakau dan rokok lainnya.
c.       Gejala
Gejalanya berupa batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan), sesak napas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan, sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu), bengek, lelah, pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan, wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan, pipi tampak kemerahan, sakit kepala, gangguan penglihatan.  
d.      Jenis bronchitis
a)       Bronkhitis infeksiosa
seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan.  Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkhitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.

b)      Pada bronkhitis berat,
setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu. Sesak napas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi napas mengi, terutama setelah batuk.  
e.       Pengobatan
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.  Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru.
Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik. Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkhitisnya sangat berat, maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik.



BAB III
OBAT SISTEM ENDOKRIN

1.    Diabetes Melitus
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit aneh dan terkenal >20 tahun. Tepatnya sekitar 1862 dalam Ebers Papyrus tercatat suatu penyakit dengan  gejala kencing berulang kali dalam jumlah banyak (seperti pancuran = diabetes) dapat berkembang menjadi ganas atau bahkan kematian. Lalu ditemukan bahwa rasa urinnya manis (bak madu = melitus) sehingga disebut diabetes mellitus (DM) tetapi saat itu belum diketahui etiologi dan patologinya.Pada tahun (1847 – 1902 ) paul Langerhans menemukan sekelompok sel dalam pancreas dan diberi nama pulau Langerhans (sel beta ) sehingga DM dapat terungkap secara jelas.
Beberapa temuan ilmiah yang sudah diterima oleh kedokteran yaitu :
1.    Manisnya air seni karena melimpahnya kadar glukosa
2.    Aras (level) insulin dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh sel beta pancreas.
3.    Ketidaseimbangan produk insulin dan tingginya kadar gula darah merupakan pemicu DM yang bersifat menahun dan kronis.
4.    Bila tidak diobati /dirawat dengan baik dapat berkembang aneka komplikasi yang mengarah ke penyakit :
a.    Ginjal (nefropati diabetik)
b.    Mata (retinopati diabetik)
c.    Jantung (kardiomiopati diabetik)
d.   Saraf ( neuropati diabetik)
e.    Metabolisme (ketoasidosis diabetik)
f.     Impotensi (setelah + 15 th)
Komplikasi ini sering memberatkan dibanding diabetesnya sendiri.
A.     ETIOLOGI
-            Keturunan (95%) tiap tahun penderita DM selalu bertambah
-            Kegemukan pada penderita obesitas : diduga terjadi gangguan pengikatan insulin pada reseptornya (resistensi insulin). Keadaan ini akan membaik dengan sendirinya dengan latihan fisik dan penurunan berat badan.
-            Stress mengganggu system fisiologi dan hormonal
-            Usia, semakin tua semakin besar gangguan metabolism karbohidrat
-            Radang pembuluh darah terutama yang terjadi disekitar pancreas
-            Virus yang mempengaruhi system imun

B.     KLASIFIKASI
Berdasarkan asaz pengobatanya DM dibagi menjadi 2 yaitu :
-       DM tipe 1 (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin = DMTI)
Cirri – cirinya terkurasnya insulin yang disekresikan oleh sel beta pancreas. Terjadi defisiensi secara mutlak (ketidaknormalan pada sel beta pankreas). Ketidaknormalan β disebabkan oleh aneka faktor intrinsic misalnya kelainan genetic yang mengganggu sintesis insulin, dan faktor ekstrinsic misalnya karena virus, sitotoksin, dan antibody.

-       DM tipe 2 (Diabetes Mellitus Tak Tergantung Insulin = DMTTI)
Cirinya ketidakmampuan sel β pancreas memproduksi insulin secara memadai. Terjadi defisiensi insulin secara relative ata resistensi insulin.
C.     TANDA DAN GEJALA
-            Poliurea (beser)
-            Polidipsi (selalu haus)
-            Polipagi (selalu lapar) karena rangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus. Pada DM gula darah tidak dapat masuk sel dan disekresikan melalui urin dan badan kehilangan 4 kalori untuk tiap gram glukosa yang diekresi.
Keluhan lain (sekunder)
-       Gatal gatal (terutama didaerah kemaluan)
-       Kesemutan terutama kalau sudah terjadi neuropati
-       Infeksi saluran kemih
-       Bisul
-       keputihan
-       mata kabur kalo sudah mendekati retinopati
-       impotent

D.    TATALAKSANA TERAPI DENGAN ANTIDIABETIKA ADA 2 :

1.    ANTI DIABETIKA SUNTIKAN
a.       Hanya terdiri dari satu jenis zat aktif yaitu INSULIN ( hormone ini ditemukan oleh : banting dan nest 1921 )
b.      Insulin ini merupakan sederetan asam amino yang tidak dapat diberikan secara oral ( terurai oleh enzim pencernaan )     harus diberikan lewat suntikan atau suppositoria. ( tapi dipelajaran SPO ama rekgen inget gak, ada sediaan insulin yang bisa dipakai secara oral juga sediaan transdermal)
c.       Ada 3 jenis insulin ( klasifikasi dan asalnya ) yang beredar : yaitu melalui penyarian penkreas sapi atau babi dan juga humalin/human insulin yang dibuat melalui rekayasa genetic.
Berdasarkan masa kerjanya, ada 3 jenis suntikan insulin
1.    Insulin kerja singkat : masa kerja kurang lebih 6 jam ( insulin kristalin ), penampilannya jernih.
2.    Insulin kerja sedang : masa kerja 6-12 jam ( insulin isophan atau NPH ), penampilannya keburam-buraman
3.    Insulin kerja panjang : masa kerja kurang lebih 24 jam (protamin zink insulin), penampilannya keburam-buraman.
Dari penampilannya
-       Jernih : insulin kerja singkat
-       Buram : insulin kerja sedang dan insulin kerja panjang

1)      Kerja insulin (ringkasnya)
Dalam tubuh glukosa darah akan tersimpan di dalam sel atau jaringan lemak ( sebagai trigliserida), dihati ( sebagai glikogen), dan otot ( sebagai protein ). Dalam keadaan DM, penyimpanan glukosa tersebut terganggu. Maka diperlukan suatu kegiatan yang dapat menormalkan kembali proses yang bersangkutan dengan memasok insulin dari luar.
Dalam hal ini insulin yang di suntikan akan melekat pada reseptor yang ada dipermukaan sel. Hasilnya akan terjadi pembangkit signal yang diteruskan kebagian dalam sel guna memicu pengaktifan berbagai jalur pembakaran, serta penghambatan aneka peredaman glukosa, yang di awali dengan membuka gerbang sel bagi glukosa. Maka kadar gula darah dapat dipertahankan pada level normal.
2)      Fungsi pemberian insulin :
-       Mengatur kecepatan dan keefektifan gula darah.
-       Memenuhi kebutuhan energy
Insulin suntikan mutlak diperlukan bagi DM tipe 1 dan DM tipe II :
1.    Kadar glukosa darahnya tidak bisa dikendalikan dengan diet, olahraga dan ADO.
2.    Terjangkit rasa sakit saraf
3.    Sedang operasi
4.    Sedang sakit parah lainnya
5.    Hamil     semua ADO bersifat teratogenik.
Pilihan sediaannya ( apakah kerja singkat, sedang atau panjang ), bergantung pada pola makan, aktivitas, tipe DM dan keparahannya.Insulin kerja singkat memungkinkan  seluruh dosis tersedia setelah makan, sedangkan untuk insulin kerja sedang dan panjang digunakan untuk mempertahankan kadar gula darah normal diantara waktu makan dan tidur.
Bila digunakan dalam kisaran dosisnya penggunaan insulin relatife aman. Efek samping utama adalah hipoglikemik ( penurunan kadar gula darah secara berlebihan sampai bawah ambang normal )    sebenarnya merupakan wujud khasiat yang berlebihan.
Penggunaan insulin memiliki ADR yang jauh lebih kecil dibanding penggunaan ADO. Bila hipoglikemik tersebut tidak ditanggulangi bisa fatal yakni terjadi serentetan  I( syok ) hipoglikemik karena energy yang diperlukan untuk aktivitas sel saraf dan otak diperoleh dari pembakaran glukosa.
Efek samping insulin yang lain :
-       Ruam/kemerahan pada tempat suntikan
-       Bengkak (kehilangan lemak) atau gumpalan (kelebihan lemak) ditempat suntikan.
-       Bengkak tangan dan kaki (tahanan cairan )
-       Alergi (protein bertindak sebagai antibody insulin.

2.      ANTIDIABETIKA ORAL (ADO)
Obat ini hanya diberikan kepada penderita tipe II (DMTT), terutama bila diit (penyeimbang masukan glukosa menjadi energi) dan olah raga.
Jenis antidiabetika yaitu :
a.       Golongan Sulfoniluera
Ada dua generasi :
a)    Generasi pertama : Tolbutamida, Asetoheksamida, Tolazamida, Dan Klorporamida.
b)   Generasi kedua : gliburida, glibenklamida, glipizida, glikazida, glibonurida.
Pada umumnya sulfoniluera generasi kedua lebih poten (±100x lipat) daripada generasi pertama. Manfaat klinik dari kedua generasi ini sama akan tetapi yang berbeda yaitu massa kerjanya.
Mekanisme obat ini belum diketahui sepenuhnya, diperkirakan melalui perangsangan langsung sekresi insulin, atau peka sel beta terhadap sel hara. Diawali dengan pengikatan pada permukaaan sel, keadaan ini akan menutup kanal K yang kemudian memicu pembukaan kanal Ca. luaranya berups meningkatnya kadar Ca intrasel yang diikuti dengan meningkatnya sekresi insulin.
Efek samping utamanya berupa hipoglikemia, terutama sulfoniluera aksi panjang (missal glibenklamida), karena itu harus hati-hati pada penderita usia lanjut dan dengan gangguan fungsi ginjal. Dalam keadaan demikian Glipizide lebih disarankan. Efek samping lainya yaitu kadang muncul berupa penambahan bobot badan, ruam dan gatal, mual dan muntah. Pemicu efek samping sulfonlurea yaitu ketidakpatuhan penderita terhadap aturan pakai, kontraindikasi, dan interaksi obat.
b.      Golongan Biguanida
Contoh :Buformin, Metformin, Fenformin.
Jenis ini memiliki kemanjuran serupa dengan sulfonylurea, tidak menurunkan kadar glukosa darah normal, dan dapat menurunkan bobot badan . yang paling sering digunakan sampai saat ini hanya Metformin dengan masa kerja 5-6 jam. Karena tidak meningkatkan sekresi insulin, penggunaanya tidak menimbulkan efek hipoglikemi.
Mekanisme kerja golongan biguanida melalui perangsangan penyimpanan glukosa dalam sel atau peningkatan sensitifitas insulin dengan cara :
-       Meningkatkan pemanfaatan glukosa perifer dan mengurangi produksi hepatic
-       Menigkatkan pengambilan glukosa darah oleh sel, disamping menghambat penyerapan glukosa kedalam peredaran darah.
Keamanan :
-       Metformin relative aman bila digunakan dalam kisaran dosis terapi
-       Efek samping yang kadang muncul : mual dan diare
-       Resiko utama berupa asidosis laktat dapat terjadi pada penderita dengan gagal ginjal akibat penggunaan buformin dan fenformin, karena itu keduanya ditarik dari peredaran.

c.       Golongan Lain
a.    Analog Meglisinid
Contoh : Repaglinid, Mekanisme kerja, kemanjuran dan ESO nya = Sulfonilurea
b.   Turunan D-fenilalanin
Contoh : Nateglinid, Mekanisme kerja, kemanjuran dan ESO nya = Sulfonilurea
c.    Thiazolidinidion
Contoh : troglitazon, rosiglitazon, pioglitazone.
Mekanisme kerja tidak terkait dengan sekresi insulin : menurunkan glukoneogenesis, menigkatkan pengambilan glukosa, dan meningkatkan sensitifitas insulin (menurunkan resistensinya).
-       Kemanjuranya sama dengan Sulfonilurea.
-       Keamanannya : relative aman, tidak Hipoglikemi, ESOnya berupa disfungsi hepatic.
d.   Deksenfluramin
Memperbaiki pengendalian glukosa darah pada penderita DMTTI-kegemukan yang tidak tertanggulangi dengan sulfonilurea atau biguanida.
e.    Pengahmbat Absorbsi Glukosa
Contoh : akarbosa dan miglitol
Mekanisme kerja melalui pembatasan absorbsi disakarida. Agar dapat diabsorbsi ke sirkulasi sistemik maka memerluka kerja enzim glukosidase. Kerja enzim dihambat oleh akarbosa sehingga absorbsi disakarida menurun.
-          Kemanjuran setingkat dengan sulfonylurea
-          Keamanan : relative aman, ESOnya berupa mual, flatulen (sering buang angin), kembung dan diare.
-          Dosis dianjurkan yaitu 50-100 mg atau dengan makanan berserat tinggi.











Jenis Sedian Insulin

Tipe Kerja
Sumber
Kinerja Farmakologi (jam)

Kemurnian
Mula
Puncak
Masa
Singkat (jernih)
Regular Ins
Semilente (K)
Actrapid (MK)
Actrapid ( HM)

Sapi
Babi
Babi
Babi
Manusia *

0,3 – 0,7
0,5 – 1,0
    ?
    ?

2 – 4
2 – 8
1 – 3
   ?

5 – 8
12 – 16
5 – 7
   ?

Tidak
Tidak
Murni
Murni
Sedang (buram)
NPH (K)
Lente (K)
Rapitard (MK)

Sapi/babi
Sapi/babi
Babi

1 – 2
1 – 2
     ?

6 – 12
6 – 12
4 - 12

18 – 24
18 – 24
20

Tidak
Tidak
murni

Panjang (buram)
PZI (K)
Ultralente (K)
Monotard (MK)
Monotard (HM)
Mixtard

Sapi
Babi
Sapi
Babi
Manusia*
Babi

4 – 6
4 – 6
   ?
    ?
    ?

16 – 18
14 – 20
8 – 14
8 – 14
2 - 14

20 – 36
24 – 36
22
22
22

Tidak
Tidak
Murni
Murni
Murni

Ket : * = rekayasa, K = insulin Konvensasional, MK = monokomponen, HM = Human

2.      Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah suatu keadaan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid sehingga menyebabkan kadar hormon tiroid didalam darah berlebihan. Hormon tiroid berfungsi untuk mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh. Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui dua cara :
1. Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein.
2. Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.
Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan iodium. Hormon tiroid dibentuk melalui penyatuan satu atau dua molekul iodium ke sebuah glikoprotein besar yang disebut tiroglobulin yang dibuat di kelenjar tiroid dan mengandung asam amino tirosin. Kompleks yang mengandung iodium ini disebut iodotirosin. Dua iodotirosin kemudian menyatu untuk membentuk dua jenis hormon tiroid dalam darah yaitu : Tiroksin (T4), triiodotironin (T3). Dua jenis hormon ini dipengaruhi oleh hormon TSH (Thyreoid Stimulating Hormone) dan TRH (Thyrotropin Releasing Hormone). Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid. Hipotalamus menghasilkanThyrotropin-Releasing Hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan TSH. TSH merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid dalam darah (Cooper, 2005).
Penyebab yang paling umum ( lebih dari 70% orang) adalah produksi berlebih dari hormon tiroid oleh keseluruhan kelenjar tiroid.Kondisi ini juga dikenal sebagai graves’ disease. Hipertiroidisme padagraves’ disease adalah akibat antibodi reseptor TSH yang merangsang aktivitas TSH (Thyreoid Stimulating Hormone) untuk mengeluarkan terlalu banyak hormon tiroid. Penyebab hipertiroidisme lainnya adalah strauma noduler toksik, tiroiditis, penyakit troboblastis, pemakaian yodium yang berlebihan (Lee, 2006).
Tujuan terapi hipertiroidisme adalah mengurangi sekresi kelenjar tiroid. Sasaran terapi dengan menekan produksi hormon tiroid atau merusak jaringan kelenjar dengan (dengan yodium radioaktif atau pengangkatan kelenjar) (Cooper, 2005).
Adapun penatalaksanaan terapi hipertiroidisme meliputi terapi nonfarmakologi dan terapi farmakologi. Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan:
1. Diet yang diberikan harus tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-3000 kalori per hari baik dari makanan maupun dari suplemen.
2. Konsumsi protein harus tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kg berat badan ) per hari untuk mengatasi proses pemecahan protein jaringan seperti susu dan telur.
4. Olah raga secara teratur.
5. Mengurangi rokok, alkohol dan kafein yang dapat meningkatkan kadar metabolisme.
Penatalaksanaan hipertiroidisme secara farmakologi menggunakan empat kelompok obat ini yaitu: obat antitiroid, penghambat transport iodida, iodida dalam dosis besar menekan fungsi kelenjar tiroid, yodium radioaktif yang merusak sel-sel kelenjar tiroid. Pada paper ini akan dibahas tentang obat antitiroid yang merupakan salah satu cara untuk menghambat produksi hormon tiroid. Obat antitiroid bekerja dengan cara menghambat pengikatan (inkorporasi) yodium pada TBG (thyroxine binding globulin) sehingga akan menghambat sekresi TSH (Thyreoid Stimulating Hormone) sehingga mengakibatkan berkurang produksi atau sekresi hormon tiroid. Antitiroid digunakan untuk :
1.      mempertahankan remisi pada straumadengan tirotoksikkosis
2.      mengendalikan kadar hormon pada pasien yang mendapat yodium radioaktif
3.      menjelang pengangkatan tiroid (Anonim, 2000).
Adapun obat-obat yang temasuk obat antitiroid adalah Propiltiourasil, Methimazole, Karbimazol.
Propiltiourasil (PTU)
Nama generik : Propiltiourasil
Nama dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik)
Indikasi : hipertiroidisme
Kontraindikasi : hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/ m2/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. untuk hipertiroidisme berat 450 mg/hari, untuk hipertiroidisme ocasional memerlukan 600-900 mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/haridalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis untuk orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et al, 2006)
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.
Mekanisme Obat: menghambat sintesis hormon tiroid dengan memhambatoksidasi dari iodin dan menghambat sintesistiroksin dan triodothyronin (Lacy, et al, 2006)
Resiko khusus : .
Hati-hati penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinnemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui, penyakit hati (Lee, 2006).
Methimazole
Nama generik : methimazole
Nama dagang : Tapazole
Indikasi : agent antitiroid
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil.
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis pelihara 0,2 mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari.
Untuk dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40 mg/hari; hipertiroid berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri lambung, edema.
Resiko khusus : pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa meningkatkan myelosupression, kehamilan (Lacy, et al, 2006)
Karbimazole
Nama generik : Karbimazole
Nama dagang di Indonesia : Neo mecarzole (nicholas).
Indikasi : hipertiroidisme
Kontraindikasi : blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk sediaan : tablet 5 mg
Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis diturunkan menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18 bulan.
Sebagai blocking replacement regimen, karbamizole 20 – 60 mg dikombinasikan dengan tiroksin 50 -150 mg.
Untuk dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon.
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia.
Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui (Lacy, et al, 2006).
Tiamazole
Nama generik : Tiamazole
Nama dagang di Indonesia : Thyrozol (Merck).
Indikasi : hipertiroidisme terutama untuk pasien muda, persiapan operasi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk pemblokiran total produksi hormon tiroid 25-40 mg/hari; kasus ringan 10 mg (2 x sehari); kasus berat 20 mg (2 x sehari); setelah fungsi tiroid normal (3-8 minggu) dosis perlahan-lahan diturunkanhingga dosis pemelihara 5 – 10 mg/hari.
Efek samping : alergi kulit, perubahan pada sel darah, pembengkakan pada kelenjar ludah.

           




BAB IV
OBAT KARDIOVASKULER

A.    OBAT JANTUNG
Jantung berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak di dalam dada, batas kanannya tepat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea mid clavicular. Batas atas jantung terdapat pembuluh darah besar (aorta, truncus pulmonalis, dll); bagian bawah terdapat diafragma; batas belakang terdapat aorta descendens, oesophagus, dan columna vertebralis; sedangkan di setiap sisi jantung adalah paru.
 Obat jantung atau cardiaca (Lat.cor=jantung) adalah obat-obat yang secara langsung dapat memulihkan fungsi otot jantung yang terganggu ke keadaan normal. Dilihat pada penyakit jantung:
1.      Dekompensasi kordis atau kegagalan fungsi jantung → jantung penderita tdk mampu memompa
2.      Aritmia jantung → adanya selisih antara jumlah kontraksi atrium dg jmlh kontraksi vertikal
3.      Angina Pektoris dan infark → @ infrak – penyumbatan arteria koroner, Angina– nyeri akibat berkurangnya aliran darah di arteria koroner
4.      Hipertensi→ tekanan darah ↑→ jantung harus bekerja lebih keras.


Pengobatan dilakukan dengan :
3.      Glikosida jantung
1)      Dekompensasi kardis → glikosida jantung (digitalis) – meningkatkan kekuatan otot jantung, sehingga curah sekuncup ↑ dan darah yg tersisa ↓
2)      Batas keamanan obat sempit
3)      Ekskresi obat berlangsung lambat → dpt terjadi penimbunan – keracunan
Perbandingan beberapa macam glikosida jantung
Sediaan
Dosis (mg)/ cara pemberian
Efek
Pemakaian
Digitalis
Oral : 1200 (awal)
          120 (panjang)
36 jam- 18 hari
Pengaturan dan obat jalan




Digitoksin
Oral : 1,2
I.V : 1,2
12 jam 18 hari 8jam
Pengaturan dan obat jalan




Lanatasid
Oral : 1
I.V : 0,8
2 jam 6 hari
Keadaan gawat
Obat jalan




Strotantin
I.V : 0,5
30 menit 2 hari
Keadaan gawat

Batasan digitalis berhasil :
a.       Nafas normal/ sesak nafas hilang
b.      Penderita lebih segar dan kuat
c.       Edema hilang
d.      Produksi kemih meningkat
e.       BB turun
f.       TD disekitar normal
g.      Nadi normal dan teratur
h.      EKG dalam batas normal


4.      Anti Aritmia dan Anti-fibrilasi
1)      Yang banyak digunakan adalah
a)      Kuinidin,
Dosis kuinidin : 200 – 400 mg
b)      Prokainamid
Prokainamid : 500 – 1000 mg
2)      Manfaat obat ini antara lain :
a)      mengurangi kepekaan jantung thd rangsang
b)      menghambat penghantaran saraf
c)      kekuatan otot jantung ditekan           
d)     Periode istirahat jantung naik

5.      Dilator koroner
1)      Gol nitrit (Nitrogliserin, Eritritil tetranitrat, Amil Nitrit, Natrium nitrit )
2)      Dipiridamol ( persantin )
3)      Antagonis Ca ( Nifedipin, Verapamil, diltiazem, penghambat Adrenoseptor

6.      Obat hipertensi
a.       Diuretik ( gol thiazid, furosemid )
b.      Penghambat adrenergik (blocker, penghambat    saraf adrenergik
c.       Vasodilator ( Na Nitroprusid, Diazoksid) kerja plg cpt (efektif untuk pengobatan hipertensi darurat)
d.      Penghambat enzim konversi angiostensin (ACE inhibitor) – Captopril, Enalapril, lisinopril
e.       Antagonis Calsium (Ca antagonis ) nifedipin, diltiazem, dan verapamil

B.     OBAT PIRAI (gout)
Dua kelompok obat pirai sesuai penyakitnya :
1.    Obat yang menghentikan proses inflamasi akut :
Contoh obat :
a.        Gol obat fenilbutason, jenis enkapyrin (komposisi Isopropilantirin dan fenilbutazon)
Farmakologi :
Isopropilantipirin merupakan suatu derivate fenazon, dan biasanya diberikan bersama-sama analgesia, antiinflamasi dan antipiretik. Penggunaan utamanya adalah untuk pengobatan penyakit reumatik dan penyakit sejenis, tetapi tidak dianjurkan pada penggunaan untuk mengatasi nyeri ringan. Kombinasi kedua obat teresbut efektif untuk mengatasi rasa nyeri karena reumatik.
Indikasi :
Untuk mengatasi pengobatan penyakit-penyakit rheumatic dan penyakit sejenis, untuk mengatasi rasa nyeri pada rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis, penyakit pirai (gout), asteoartritis, periartritis, serta untuk mengatasi rasa nyeri pada sendi dan tulang.
Aturan pakai :
Menurut petunjuk dokter, umumnya dewasa 2-3 kali sehari 1 tablet.
Efek samping :
Ringan: mual, ruam kulit, vertigo, edema karena retensi air dan elektrolit, stomatitis, penglihatan kabur dan sukar tidur, nyeri epigastrium dan diare.
b.      oksifenbutazon
Oksifenbutazon merupakan metabolit pokok dari fenilbutazon. Kerja dan efek sampingnya hanya sedikit berbeda dari fenilbutazon. Sesungguhnya senyawa ini berkhasiat lebih lemah. Walaupun memiliki gugus hidroksil fenolik, senyawa ini juga mempunyai waktu paruh yang masih relatif tinggi yaitu sekitar 40 jam.

Efek Samping
Efek samping yang umum adalah ruam, retensi air dan edema serta gangguan gastrointestinal mulai dari iritasi sampai ulserasi sehingga pada manula dosis harus dikurangi dan pemakaian hanya dalam 1 minggu.

c.        indometason
2.    Obat yang mempengaruhi kadar asam urat :
Contoh obat : probenesid, alupurinol, sulfin pirazon
Cara kerja alupurinol : menurunkan asam urat bersifat urikostatik sehingga menghambat produksi asam urat. Urikostatik ini yang akan berkait dengan diuretic.
Farmakodinamik alupurinol : dengan menghambat ensim xantin oksidase
Reaksi : hipoxantin xantin oksidase   xantin                asam urat
Melalui mekanisme umpan balik alupurinol menghambat sintesis purin ynag merupakan prekusor xantin.
Reaksi : alupurinol enzim xantin oksidase  aloxantin ( masa kerja lebih lama daripada alupurinol).

3.    OBAT KESEIMBANGAN ASAM BASA
Tubuh manusia > proses fisikokimia yang menunjang kehidupan sehar-hari. Jadi seluruh system metabolisme bekerjasama dengan harmonis satu sama lain dalam menjalankan fungsi masing-masing. Jadi elektrolit dan cairan salah satu faktor yang berperan dalam menjaga keseimbangan.
Secara kimiawi, elektrolit adalah unsure-unsur yang berperan sebagai ion dalam larutan dan memiliki kapasitas sebagai konduksi listrik. Keseimbangan elekrtolit penting agar sel dan organ dapat berfungsi secara normal. Elektrolit terdiri atas kation dan anion.
Kation : natrium, kalium, dan magnesium
Anion : klorida, bicarbonate, fosfat
Jadi gangguan elektrolit diartikan sebagai suatu keadaan dimana kadar elektrolit di dalam darah berada dalam rentan nilai yang tidak normal. Bisa turun atau naik melebihi normal.
Keseimbangan natrium dalam cairan:
Na adalah kation utama cairan ekstraseluler. Peningkatan osmomalitas akibat absorbsi Na akan kehilangan cairan yang berlebih, menyebabkan cairan intraseluler keluar. Untuk menyeimbangkan tekanan osmotic maka diperlukan osmoregulator  (hipotalamus dan antidiuretik hormone)
Keseimbangan kalium :
Kation utama kompartemen cairan intraseluler. Sekitar 90% asupan kalium di ekskresikan di urine dan 10% di feses. Perubahan sedikit sdaja pada kalium intraseluler akan berdampakbesar pada konsentrasi kalium plasma. Ketika kadar kalium ekstrasel naik akibat asupan yang banyak atau disebabkan oleh pembebasan kalium internal, maka regulasi akun ini terjadi merupakan control hormonal.
1.      Insulin
Diekskresikan segera setelah makan dan ini akan menstimulasi Na, K mendistribusikan kalium.
2.      Epineprin meningkatkan ambilan kalium sel, memicu terjadinya peningkatan kalium plasma.
3.      Aldostron  juga berperan dalam menigkatkan konsentrasi perubahan Ph mempengaruhi  distribusi kalium ekstra dan intraseluler. Pada asidosis konsentrasi K ekstraseluler meningkat, sedangkan alkalosisi cenderung membuat hipokalemia.
Keseimbangan magnesium:
Kation keempat terbanyak di dalam tubuh dan kation ekstraseluler kedua terbanyak. Pada keseimbangan Mg melibatkan ginjal, usus halus, dan tulang.
Gangguan keseimbangan pada:
-          Natrium terjadi hiponatremia dan hipernatremia
-          Kalium terjadi hipokalemia dan hiperkalemia
-          Kalsium terjadi hipokalsemia dan hiperkalsemia
-          Magnesium terjadi hipomagnesemia dan hipermagnesemia.
Penatalaksanaan pada gangguan keseimbangan:
1.      Natrium
Hiponatremia (menghentikan obat yang ikut menyebabkan hiponatremia). Obat-obat penatalaksanaannya diberi larutan pengganti yang diberikan adlah natrium hipertonik (NaCl 3% atau 5%). Dapat diberikan sediaan oral yaitu berupa tablet garam.
Hiponatrmia: deficit cairan tanpa elektrolit dengan dekstrosa 5% mengganti deficit air.
2.      Kalium
Hipokalemia : pemberian kalium (aspar K, kalium)dan liat es obat pada pasien yang dalam pengobatan dengan digitalis, basa kuat, oral, IV.
Hiperkalemia : EKG, kalsium glukomat IV
3.      Kalsium
Hipokalsemia (dekstrosa 5%, Ca glukonat)
Hiperkalsemia :etidronal oral 1200-1600 mg.
4.      Magnesium
Hipomagnesemia : MgSO4, dekstrosa 5%
Hipermagnesemia : kalsium glukomat, Ca glukonat, obat-obat diuretik
Diagnosis ditegakan berdasarkan temuan klinis dan hasil laboratoriaum. Penatalaksanaan mencakup koreksi elektrilit dan mengatasi penyakit yanmg mendasari.