BAB
I
OBAT SHOCK
Obat shock biasa terjadi karena adanya efek samping obat. Obat shock bisa
terjadi karena:
1.
Shock
Jantung
Komplikasi
infark jantung ini sangat ditakuti, krn sering kali fatal. Kekurangan pemasukan
darah ke jaringan bergejala kulit pucat, dan dingin, rasa takut dan gelisah,
denyut jantung cepat dan lemah, lalu pingsan. Shock dpt pula diakibatkan oleh
tachycardia hebat dan radang otot jantung (myocarditis).
Pengobatan
dilakukan dengan zat-zat Vasopresor/inotrop (dopamin, dobutamin, ibopamin)
yang menaikan volume-menit jantung dan tekanan darah.
2.
Shock
Anafilaktis ( pd penggunaan obat2)
Dalam keadaan
gawat dapat timbul suatu reaksi anafilaksi (bahasa yunani ana= tanpa,phylaxis=perlindungan).
Pada shock anafilaktis, masuknya antigen pertama membuat tubuh tanpa
perlindungan terhadap pemasukan antigen berikut. Kadar histamin dapat meningkat
dg dratis, seperti pada peristiwa kecelakaan dg banyak kehilangan darah atau
cedera bakar hebat.
Pada kelompok
orang tertentu yg telah disensibilisasi terhadap satu atau beberapa jenis
alergen dapat timbul suatu reaksi anafilaksis hebat. Misalnya alergen dalam
makanan (kacang-kacangan, buah kiwi, arbai dll) atau obat seperti kelompok
penisilin.
3. Shock
Hipovolemik
Syok hipovolemik
merupakan suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat
sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat.
Syok hipovolemik ini paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat
(syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan perdarahan
hebat akibat kelianan gastrointestinal merupakan 2 penyebab syok hemoragik yang
paling sering ditemukan. Syok hemoragik juga bisa terjadi akibat perdarahan
internal akut ke dalam rongga toraks dan rongga abdomen.
A. Patofisiologi
Tubuh manusia
berespon terhadap perdarahan akut dengan cara mengaktifkan 4 sistem major
fisiologi tubuh: sistem hematologi, sistem kardiovaskular, sistem renal dan
sistem neuroendokrin. System hematologi berespon kepada perdarahan hebat yag
terjadi secara akut dengan mengaktifkan cascade pembekuan darah dan
mengkonstriksikan pembuluh darah (dengan melepaskan thromboxane A2 lokal) dan
membentuk sumbatan immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak
akan mendedahkan lapisan kolagennya, yang secara subsekuen akan menyebabkan
deposisi fibrin dan stabilisasi dari subatan yang dibentuk. Kurang lebih 24 jam
diperlukan untuk pembentukan sumbatan fibrin yang sempurna dan formasi matur.
Sistem
kardiovaskular awalnya berespon kepada syok hipovolemik dengan meningkatkan
denyut jantung, meninggikan kontraktilitas myocard, dan mengkonstriksikan
pembuluh darah jantung. Respon ini timbul akibat peninggian pelepasan
norepinefrin dan penurunan tonus vagus (yang diregulasikan oleh baroreseptor
yang terdapat pada arkus karotid, arkus aorta, atrium kiri dan pembuluh darah
paru. System kardiovaskular juga merespon dengan mendistribusikan darah ke
otak, jantung, dan ginjal dan membawa darah dari kulit, otot, dan GI.
System
urogenital (ginjal) merespon dengan stimulasi yang meningkatkan pelepasan
rennin dari apparatus justaglomerular. Dari pelepasan rennin kemudian dip roses
kemudian terjadi pembentukan angiotensi II yang memiliki 2 efek utama yaitu
memvasokontriksikan pembuluh darah dan menstimulasi sekresi aldosterone pada
kortex adrenal. Adrenal bertanggung jawab pada reabsorpsi sodium secra aktif
dan konservasi air.
System
neuroendokrin merespon hemoragik syok dengan meningkatkan sekresi ADH. ADH
dilepaskan dari hipothalmus posterior yang merespon pada penurunan tekanan
darah dan penurunan pada konsentrasi sodium. ADH secara langsung meningkatkan
reabsorsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distal.
B. Pengobatan
Objektif pengobatan
farmakoterapi adalah untuk mengurangkan morbiditas dan mencegah komplikasi.
1. Kategori obat: Antisecretory agents
1. Kategori obat: Antisecretory agents
Nama obat Somatostatin (Zecnil) – biasanya
merupakan tetradecapeptide yang
diisolasi dari hypothalamus dan pancreas dan sel epitel enteric. Menghilangkan
aliran darah ke system porta akibat vasokonstriksi. Efeknya sama seperti
vasopressin tetapi tidak menyebabkan vasokonstriksi arteri koronari. Cepat
dikeluarkan dari sirkulasi, dengan waktu-paruh permulaan selama 1-3 min.
Dosis Dewasa 250 mcg IV bolus, diikuti 250-500 mcg/jam infus; dikekalkan pada 2-5 jam jika berhasil . Kontraindikasi Hypersensitivitas
Interaksi Epinephrine, demeclocycline, dan thyroid hormone bisa mengurangi efek.
Dosis Dewasa 250 mcg IV bolus, diikuti 250-500 mcg/jam infus; dikekalkan pada 2-5 jam jika berhasil . Kontraindikasi Hypersensitivitas
Interaksi Epinephrine, demeclocycline, dan thyroid hormone bisa mengurangi efek.
Kehamilan-
Pengawasan Bisa menyebabkan eksaserbasi atau kelainan pada empedu; mengubah keseimbangan hormone dan mungkin menimbulkan hypothyroidism dan defek pada konduksi jantung.
Pengawasan Bisa menyebabkan eksaserbasi atau kelainan pada empedu; mengubah keseimbangan hormone dan mungkin menimbulkan hypothyroidism dan defek pada konduksi jantung.
2. Nama obat Octreotide (Sandostatin)
octapeptide
sintetik. Dibandingkan dengan somatostatin, cara kerjanya sama tetapi dengan
potensi yang lebih besar dan waktu kerja yang lebih lama. digunakan sebagai tambahan kepada
pelaksanaan non-operatif dari sekresi cutaneous fistula lambung, duodenum, usus
kecil (jejunum dan ileum), atau pancreas.
Dosis Dewasa 25-50 mcg/h IV infuse berterusan;
diikuti dengan IV bolus sebanyak 50 mcg; perawatan sehingga 5 jam. Dosis Anak
1-10 mcg/kg IV q12h; diencerkan dalam 50-100 mL NS atau D5W .
Kontraindikasi
Hypersensitivitas Interaksi Bisa menurunkan efek
cyclosporine; pasien yang mengambil insulin, hypoglycemics oral, beta-blockers
dan calcium channel blockers mungkin memerlukan modifikasi dosis. Kehamilan B – biasanya aman tapi manfaat
harus melebihi resiko
Pengawasan Efek samping biasanya berkaitan dengan perubahan motilitas GI termasuk nausea, nyeri abdomen, diarrhea, dan meningkatkan prevalensi terjadinya batu empedu; akibat perubahan keseimbangan hormon, (insulin, glucagon dan GH) hypo- atau hyperglycemia bisa terlihat; bradycardia, abnormalitas konduksi jantung, dan aritmia pernah dilaporkan; akibat inhibisi sekresi TSH, hypothyroidism bisa timbul; nasihatkan pengawasan untuk pasien dengan gagal ginjal; cholelithiasis bisa terjadi
Pengawasan Efek samping biasanya berkaitan dengan perubahan motilitas GI termasuk nausea, nyeri abdomen, diarrhea, dan meningkatkan prevalensi terjadinya batu empedu; akibat perubahan keseimbangan hormon, (insulin, glucagon dan GH) hypo- atau hyperglycemia bisa terlihat; bradycardia, abnormalitas konduksi jantung, dan aritmia pernah dilaporkan; akibat inhibisi sekresi TSH, hypothyroidism bisa timbul; nasihatkan pengawasan untuk pasien dengan gagal ginjal; cholelithiasis bisa terjadi
BAB
II
OBAT
SALURAN NAFAS
A. OBAT
SALURAN NAFAS
Istilah CARA /Chronic Aspecific Respiratory Affections
mencakup semua penyakit saluran nafas yang bercirikan penyumbatan (obstruksi)
disertai pengembangan mukosa ( udema) dan sekresi dahak ( sputum) berlebihan.
Penyakit-penyakit tersebut meliputi berbagai bentuk penyakit beserta
peralihanya, yakni asma, bronchitis kronis dan emfisema paru yang gejala
klinisnya dapat saling menutupi (overlapping)
1.
Asma/bengek
adalah suatu penyakit alergi yang bercirikan peradangan steril kronis yg
disertai serangan sesak nafas akut secara berkala, mudah sengal-sengal dan
batuk (dengan bunyi khas). Pengobatan asma dan bronchitis dapat di bagi atas
terapi serangan akut dan terapi pemeliharaan untuk mencegah
serangan/memburuknya penyakit.
a.
Serangan
asma akut biasanya dapat dihentikan dengan suatu bronchospasmolitikum untuk
melepaskan kejang bronchi.
1)
Pilihan
1 adalah β2-mimetikum (β2 Agonis) per inhalasi, Salbutamol/terbutalin dengan efek cepat ( sesudah 3-5 mnt). Bila
perlu dibantu dengan suppo aminofilin.
2) Pilihan 2 adalah obat yang tak-selektif, spt efedrin dan isoprenalin, dapat pula
diberikan sebagai tablet, tetapi efeknya baru nampak sesudah lbh krg 1 jam.
Bila sesudah 15mnt belum mnghasilkan efek inhalasi dapat diulang skali lagi.
Jika juga tidak memberikan efek, pasien perlu dberi obat scr injeksi intravena : Aminophylin dan
salbutamol.
3)
Pd
serangan hebat , seringkali ditambahkan hidrokortison/prednison i.v. Sbg tindakan
terakhir dpt diinjeksikan adrenalin yg dpt diulang2 kali dlm wkt 1jam.
b.
Terapi
pemeliharaan asma yang merupakan suatu penyakit peradangan.
1)
Asma ringan (serangan <1X sebulan) : Salbutamol,
terbutalin 1-2 inhalasi/minggu
2)
Asma sedang (serangan 1-4 x sebulan) : Kortikosteroid-inhalasi,spt beklomethason, flutikason atau budesonida
dlm dosis rendah (200-800 mcg/hari)
3)
Asma agak serius ( serangan >1-2 x seminggu) dpt ditanggulangi oleh kortikosteroid dg dosis lbh tinggin(
800-1200 mcg/hari) dan dikombinasi dg β2-mimetikum/ antikolinergik (ipratropium) sebagai bronchodilator
4)
Asma
Serius (serangan >3 x seminggu) (salmeterol,
formoterol) dapat dikombinasi dengan
teofilin.
2.
Inhalasi
adl suatu cara penggunaan adrenergik dan kortikosteroid yg mberikan keuntungan
dibandingkan pengobatan per oral. Dlm sed inhalasi obat dihisap sbg aerosol
(nebuhaler) atau sbg serbuk halus ( turbuhaler). Inhalasi dilakukan 3-4 kali
sehari 2 semprotan (puffs).
3.
Mekanisme
kerja obat asma:
anti-alergika adalah zat-zat yang berkhasiat
menstabilisasi mastcell (anti-alergika),sehingga tidak pecah dan mengakibatkan
terlepasnya histamin dan mediator peradangan lainya.
2. Bronkhitis
a. Definisi
Bronkhitis adalah suatu peradangan
pada bronkus (saluran udara ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat
ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang
memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru)
dan pada usia lanjut, bronkhitis bisa bersifat serius.
b. Penyebab
Bronkhitis infeksiosa disebabkan
oleh virus, bakteri dan (terutama) organisme yang menyerupai bakteri
(Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia). Serangan bronkhitis berulang bisa
terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan
menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari sinusitis kronis,
bronkiektasis, alergi, pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.
Bronkhitis iritatif bisa disebabkan oleh berbagai jenis debu, asap dari asam
kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida, sulfur
dioksida dan bromin. Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen
dioksida dan tembakau dan rokok lainnya.
c. Gejala
Gejalanya berupa batuk berdahak
(dahaknya bisa berwarna kemerahan), sesak napas ketika melakukan olah raga atau
aktivitas ringan, sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu), bengek,
lelah, pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan, wajah,
telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan, pipi tampak
kemerahan, sakit kepala, gangguan penglihatan.
d. Jenis bronchitis
a)
Bronkhitis infeksiosa
seringkali
dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah, menggigil,
sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan. Batuk
biasanya merupakan tanda dimulainya bronkhitis. Pada awalnya batuk tidak
berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau
kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.
b)
Pada
bronkhitis berat,
setelah sebagian besar gejala
lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa
menetap selama beberapa minggu. Sesak napas terjadi jika saluran udara
tersumbat. Sering ditemukan bunyi napas mengi, terutama setelah batuk.
e. Pengobatan
Untuk mengurangi demam dan rasa
tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau
acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan acetaminophen.
Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan. Antibiotik
diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya adalah
infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi)
dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru.
Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun
dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma
pneumoniae. Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik.
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkhitisnya sangat berat, maka
dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu
dilakukan penggantian antibiotik.
BAB
III
OBAT
SISTEM ENDOKRIN
1. Diabetes
Melitus
Diabetes mellitus (DM) merupakan
penyakit aneh dan terkenal >20 tahun. Tepatnya sekitar 1862 dalam Ebers
Papyrus tercatat suatu penyakit dengan
gejala kencing berulang kali dalam jumlah banyak (seperti pancuran =
diabetes) dapat berkembang menjadi ganas atau bahkan kematian. Lalu ditemukan
bahwa rasa urinnya manis (bak madu = melitus) sehingga disebut diabetes
mellitus (DM) tetapi saat itu belum diketahui etiologi dan patologinya.Pada
tahun (1847 – 1902 ) paul Langerhans menemukan sekelompok sel dalam pancreas
dan diberi nama pulau Langerhans (sel beta ) sehingga DM dapat terungkap secara
jelas.
Beberapa
temuan ilmiah yang sudah diterima oleh kedokteran yaitu :
1. Manisnya
air seni karena melimpahnya kadar glukosa
2. Aras
(level) insulin dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi
oleh sel beta pancreas.
3. Ketidaseimbangan
produk insulin dan tingginya kadar gula darah merupakan pemicu DM yang bersifat
menahun dan kronis.
4. Bila
tidak diobati /dirawat dengan baik dapat berkembang aneka komplikasi yang
mengarah ke penyakit :
a. Ginjal
(nefropati diabetik)
b. Mata
(retinopati diabetik)
c. Jantung
(kardiomiopati diabetik)
d. Saraf
( neuropati diabetik)
e. Metabolisme
(ketoasidosis diabetik)
f.
Impotensi
(setelah + 15 th)
Komplikasi
ini sering memberatkan dibanding diabetesnya sendiri.
A.
ETIOLOGI
-
Keturunan (95%) tiap tahun penderita DM
selalu bertambah
-
Kegemukan pada penderita obesitas :
diduga terjadi gangguan pengikatan insulin pada reseptornya (resistensi
insulin). Keadaan ini akan membaik dengan sendirinya dengan latihan fisik dan
penurunan berat badan.
-
Stress mengganggu system fisiologi dan
hormonal
-
Usia, semakin tua semakin besar gangguan
metabolism karbohidrat
-
Radang pembuluh darah terutama yang
terjadi disekitar pancreas
-
Virus yang mempengaruhi system imun
B.
KLASIFIKASI
Berdasarkan
asaz pengobatanya DM dibagi menjadi 2 yaitu :
-
DM tipe 1 (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin = DMTI)
Cirri
– cirinya terkurasnya insulin yang disekresikan oleh sel beta pancreas. Terjadi
defisiensi secara mutlak (ketidaknormalan pada sel beta pankreas).
Ketidaknormalan β disebabkan oleh aneka faktor intrinsic misalnya kelainan
genetic yang mengganggu sintesis insulin, dan faktor ekstrinsic misalnya karena
virus, sitotoksin, dan antibody.
-
DM tipe 2 (Diabetes Mellitus Tak Tergantung Insulin = DMTTI)
Cirinya ketidakmampuan sel β pancreas
memproduksi insulin secara memadai. Terjadi defisiensi insulin secara relative
ata resistensi insulin.
C.
TANDA DAN GEJALA
-
Poliurea (beser)
-
Polidipsi (selalu haus)
-
Polipagi (selalu lapar) karena
rangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus. Pada DM gula darah tidak dapat
masuk sel dan disekresikan melalui urin dan badan kehilangan 4 kalori untuk
tiap gram glukosa yang diekresi.
Keluhan
lain (sekunder)
-
Gatal gatal (terutama didaerah kemaluan)
-
Kesemutan terutama kalau sudah terjadi
neuropati
-
Infeksi saluran kemih
-
Bisul
-
keputihan
-
mata kabur kalo sudah mendekati
retinopati
-
impotent
D. TATALAKSANA
TERAPI DENGAN ANTIDIABETIKA ADA 2 :
1. ANTI
DIABETIKA SUNTIKAN
a. Hanya
terdiri dari satu jenis zat aktif yaitu INSULIN ( hormone ini ditemukan oleh :
banting dan nest 1921 )
b. Insulin
ini merupakan sederetan asam amino yang tidak dapat diberikan secara oral (
terurai oleh enzim pencernaan ) harus
diberikan lewat suntikan atau suppositoria. ( tapi dipelajaran SPO ama rekgen
inget gak, ada sediaan insulin yang bisa dipakai secara oral juga sediaan
transdermal)
c. Ada
3 jenis insulin ( klasifikasi dan asalnya ) yang beredar : yaitu melalui
penyarian penkreas sapi atau babi dan juga humalin/human insulin yang dibuat
melalui rekayasa genetic.
Berdasarkan
masa kerjanya, ada 3 jenis suntikan insulin
1. Insulin
kerja singkat : masa kerja kurang lebih 6 jam ( insulin kristalin ),
penampilannya jernih.
2. Insulin
kerja sedang : masa kerja 6-12 jam ( insulin isophan atau NPH ), penampilannya
keburam-buraman
3. Insulin
kerja panjang : masa kerja kurang lebih 24 jam (protamin zink insulin),
penampilannya keburam-buraman.
Dari penampilannya
-
Jernih : insulin kerja singkat
-
Buram : insulin kerja sedang dan insulin
kerja panjang
1) Kerja
insulin (ringkasnya)
Dalam tubuh glukosa darah akan tersimpan
di dalam sel atau jaringan lemak ( sebagai trigliserida), dihati ( sebagai
glikogen), dan otot ( sebagai protein ). Dalam keadaan DM, penyimpanan glukosa
tersebut terganggu. Maka diperlukan suatu kegiatan yang dapat menormalkan
kembali proses yang bersangkutan dengan memasok insulin dari luar.
Dalam hal ini insulin yang di suntikan
akan melekat pada reseptor yang ada dipermukaan sel. Hasilnya akan terjadi
pembangkit signal yang diteruskan kebagian dalam sel guna memicu pengaktifan
berbagai jalur pembakaran, serta penghambatan aneka peredaman glukosa, yang di
awali dengan membuka gerbang sel bagi glukosa. Maka kadar gula darah dapat
dipertahankan pada level normal.
2) Fungsi
pemberian insulin :
-
Mengatur kecepatan dan keefektifan gula
darah.
-
Memenuhi kebutuhan energy
Insulin
suntikan mutlak diperlukan bagi DM tipe 1 dan DM tipe II :
1. Kadar
glukosa darahnya tidak bisa dikendalikan dengan diet, olahraga dan ADO.
2. Terjangkit
rasa sakit saraf
3. Sedang
operasi
4. Sedang
sakit parah lainnya
5.
Hamil semua ADO bersifat teratogenik.
Pilihan sediaannya ( apakah kerja
singkat, sedang atau panjang ), bergantung pada pola makan, aktivitas, tipe DM
dan keparahannya.Insulin kerja singkat memungkinkan seluruh dosis tersedia setelah makan,
sedangkan untuk insulin kerja sedang dan panjang digunakan untuk mempertahankan
kadar gula darah normal diantara waktu makan dan tidur.
Bila digunakan dalam kisaran dosisnya
penggunaan insulin relatife aman. Efek samping utama adalah hipoglikemik (
penurunan kadar gula darah secara berlebihan sampai bawah ambang normal ) sebenarnya merupakan wujud khasiat yang
berlebihan.
Penggunaan insulin memiliki ADR yang
jauh lebih kecil dibanding penggunaan ADO. Bila hipoglikemik tersebut tidak
ditanggulangi bisa fatal yakni terjadi serentetan I( syok ) hipoglikemik karena energy yang
diperlukan untuk aktivitas sel saraf dan otak diperoleh dari pembakaran
glukosa.
Efek
samping insulin yang lain :
-
Ruam/kemerahan pada tempat suntikan
-
Bengkak (kehilangan lemak) atau gumpalan
(kelebihan lemak) ditempat suntikan.
-
Bengkak tangan dan kaki (tahanan cairan
)
-
Alergi (protein bertindak sebagai
antibody insulin.
2. ANTIDIABETIKA
ORAL (ADO)
Obat ini hanya diberikan kepada
penderita tipe II (DMTT), terutama bila diit (penyeimbang masukan glukosa
menjadi energi) dan olah raga.
Jenis
antidiabetika yaitu :
a. Golongan
Sulfoniluera
Ada
dua generasi :
a) Generasi
pertama : Tolbutamida, Asetoheksamida, Tolazamida, Dan Klorporamida.
b) Generasi
kedua : gliburida, glibenklamida, glipizida, glikazida, glibonurida.
Pada umumnya sulfoniluera generasi kedua lebih poten (±100x lipat) daripada
generasi pertama. Manfaat klinik dari kedua generasi ini sama akan tetapi yang
berbeda yaitu massa kerjanya.
Mekanisme obat ini belum diketahui
sepenuhnya, diperkirakan melalui perangsangan langsung sekresi insulin, atau
peka sel beta terhadap sel hara. Diawali dengan pengikatan pada permukaaan sel,
keadaan ini akan menutup kanal K yang kemudian memicu pembukaan kanal Ca.
luaranya berups meningkatnya kadar Ca intrasel yang diikuti dengan meningkatnya
sekresi insulin.
Efek samping utamanya berupa
hipoglikemia, terutama sulfoniluera aksi panjang (missal glibenklamida), karena
itu harus hati-hati pada penderita usia lanjut dan dengan gangguan fungsi ginjal.
Dalam keadaan demikian Glipizide
lebih disarankan. Efek samping lainya yaitu kadang muncul berupa penambahan
bobot badan, ruam dan gatal, mual dan muntah. Pemicu efek samping sulfonlurea
yaitu ketidakpatuhan penderita terhadap aturan pakai, kontraindikasi, dan
interaksi obat.
b. Golongan
Biguanida
Contoh
:Buformin, Metformin, Fenformin.
Jenis ini memiliki kemanjuran serupa
dengan sulfonylurea, tidak menurunkan kadar glukosa darah normal, dan dapat
menurunkan bobot badan . yang paling sering digunakan sampai saat ini hanya Metformin dengan masa kerja 5-6 jam.
Karena tidak meningkatkan sekresi insulin, penggunaanya tidak menimbulkan efek
hipoglikemi.
Mekanisme kerja golongan biguanida
melalui perangsangan penyimpanan glukosa dalam sel atau peningkatan
sensitifitas insulin dengan cara :
- Meningkatkan
pemanfaatan glukosa perifer dan mengurangi produksi hepatic
- Menigkatkan
pengambilan glukosa darah oleh sel, disamping menghambat penyerapan glukosa
kedalam peredaran darah.
Keamanan
:
- Metformin
relative aman bila digunakan dalam kisaran dosis terapi
- Efek
samping yang kadang muncul : mual dan diare
- Resiko
utama berupa asidosis laktat dapat terjadi pada penderita dengan gagal ginjal
akibat penggunaan buformin dan fenformin,
karena itu keduanya ditarik dari peredaran.
c. Golongan
Lain
a.
Analog
Meglisinid
Contoh
: Repaglinid, Mekanisme kerja,
kemanjuran dan ESO nya = Sulfonilurea
b.
Turunan
D-fenilalanin
Contoh
: Nateglinid, Mekanisme kerja,
kemanjuran dan ESO nya = Sulfonilurea
c.
Thiazolidinidion
Contoh : troglitazon, rosiglitazon, pioglitazone.
Mekanisme kerja tidak terkait dengan
sekresi insulin : menurunkan glukoneogenesis, menigkatkan
pengambilan glukosa, dan meningkatkan sensitifitas insulin (menurunkan resistensinya).
- Kemanjuranya
sama dengan Sulfonilurea.
- Keamanannya
: relative aman, tidak Hipoglikemi, ESOnya
berupa disfungsi hepatic.
d.
Deksenfluramin
Memperbaiki pengendalian glukosa darah pada penderita DMTTI-kegemukan yang tidak tertanggulangi dengan sulfonilurea atau biguanida.
e.
Pengahmbat
Absorbsi Glukosa
Contoh
: akarbosa dan miglitol
Mekanisme kerja melalui pembatasan
absorbsi disakarida. Agar dapat
diabsorbsi ke sirkulasi sistemik maka memerluka kerja enzim glukosidase. Kerja enzim dihambat oleh akarbosa sehingga absorbsi disakarida menurun.
-
Kemanjuran setingkat dengan sulfonylurea
-
Keamanan : relative aman, ESOnya berupa mual, flatulen (sering buang angin),
kembung dan diare.
-
Dosis dianjurkan yaitu 50-100 mg atau dengan makanan berserat
tinggi.
Jenis Sedian Insulin
Tipe
Kerja
|
Sumber
|
Kinerja
Farmakologi (jam)
|
Kemurnian
|
||
Mula
|
Puncak
|
Masa
|
|||
Singkat
(jernih)
Regular
Ins
Semilente
(K)
Actrapid
(MK)
Actrapid
( HM)
|
Sapi
Babi
Babi
Babi
Manusia
*
|
0,3
– 0,7
0,5
– 1,0
?
?
|
2
– 4
2
– 8
1
– 3
?
|
5
– 8
12
– 16
5
– 7
?
|
Tidak
Tidak
Murni
Murni
|
Sedang
(buram)
NPH
(K)
Lente
(K)
Rapitard
(MK)
|
Sapi/babi
Sapi/babi
Babi
|
1
– 2
1
– 2
?
|
6
– 12
6
– 12
4
- 12
|
18
– 24
18
– 24
20
|
Tidak
Tidak
murni
|
Panjang
(buram)
PZI
(K)
Ultralente
(K)
Monotard
(MK)
Monotard
(HM)
Mixtard
|
Sapi
Babi
Sapi
Babi
Manusia*
Babi
|
4
– 6
4
– 6
?
?
?
|
16
– 18
14
– 20
8
– 14
8
– 14
2
- 14
|
20
– 36
24
– 36
22
22
22
|
Tidak
Tidak
Murni
Murni
Murni
|
Ket
: * = rekayasa, K = insulin Konvensasional, MK = monokomponen, HM = Human
2. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme
adalah suatu keadaan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh
kelenjar tiroid sehingga menyebabkan kadar hormon tiroid didalam darah berlebihan.
Hormon tiroid berfungsi untuk mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh. Hormon
tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui dua cara :
1.
Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein.
2.
Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.
Untuk
menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan iodium. Hormon tiroid
dibentuk melalui penyatuan satu atau dua molekul iodium ke sebuah glikoprotein
besar yang disebut tiroglobulin yang dibuat di kelenjar tiroid dan mengandung
asam amino tirosin. Kompleks yang mengandung iodium ini disebut iodotirosin.
Dua iodotirosin kemudian menyatu untuk membentuk dua jenis hormon tiroid dalam
darah yaitu : Tiroksin (T4), triiodotironin (T3). Dua jenis hormon ini
dipengaruhi oleh hormon TSH (Thyreoid Stimulating Hormone) dan TRH
(Thyrotropin Releasing Hormone). Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk
menyesuaikan kadar hormon tiroid. Hipotalamus menghasilkanThyrotropin-Releasing
Hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan TSH.
TSH merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid dalam darah
(Cooper, 2005).
Penyebab
yang paling umum ( lebih dari 70% orang) adalah produksi berlebih dari hormon
tiroid oleh keseluruhan kelenjar tiroid.Kondisi ini juga dikenal sebagai graves’
disease. Hipertiroidisme padagraves’ disease adalah akibat antibodi reseptor TSH yang merangsang aktivitas TSH (Thyreoid Stimulating Hormone) untuk
mengeluarkan terlalu banyak hormon tiroid. Penyebab hipertiroidisme lainnya adalah strauma noduler toksik,
tiroiditis, penyakit troboblastis, pemakaian yodium yang berlebihan (Lee,
2006).
Tujuan
terapi hipertiroidisme adalah mengurangi sekresi kelenjar tiroid. Sasaran
terapi dengan menekan produksi hormon tiroid atau merusak jaringan kelenjar dengan
(dengan yodium radioaktif atau pengangkatan kelenjar) (Cooper, 2005).
Adapun
penatalaksanaan terapi hipertiroidisme meliputi terapi
nonfarmakologi dan terapi farmakologi. Terapi non farmakologi dapat dilakukan
dengan:
1. Diet yang diberikan harus tinggi kalori,
yaitu memberikan kalori 2600-3000 kalori per hari baik dari makanan maupun dari
suplemen.
2. Konsumsi protein harus tinggi yaitu
100-125 gr (2,5 gr/kg berat badan ) per hari untuk mengatasi proses pemecahan
protein jaringan seperti susu dan telur.
4. Olah raga secara teratur.
5. Mengurangi rokok, alkohol dan kafein yang
dapat meningkatkan kadar metabolisme.
Penatalaksanaan
hipertiroidisme secara farmakologi menggunakan empat kelompok obat ini yaitu:
obat antitiroid, penghambat transport iodida, iodida dalam dosis besar menekan
fungsi kelenjar tiroid, yodium radioaktif yang merusak sel-sel kelenjar tiroid.
Pada paper ini akan dibahas tentang obat antitiroid yang merupakan salah satu
cara untuk menghambat produksi hormon tiroid. Obat antitiroid bekerja dengan
cara menghambat pengikatan (inkorporasi) yodium pada TBG (thyroxine
binding globulin) sehingga akan menghambat sekresi TSH (Thyreoid
Stimulating Hormone) sehingga mengakibatkan berkurang produksi atau sekresi
hormon tiroid. Antitiroid digunakan untuk :
1. mempertahankan
remisi pada straumadengan tirotoksikkosis
2. mengendalikan
kadar hormon pada pasien yang mendapat yodium radioaktif
3. menjelang
pengangkatan tiroid (Anonim, 2000).
Adapun
obat-obat yang temasuk obat antitiroid adalah Propiltiourasil, Methimazole,
Karbimazol.
Propiltiourasil
(PTU)
Nama
generik : Propiltiourasil
Nama
dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik)
Indikasi : hipertiroidisme
Kontraindikasi : hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking replacement
regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk
sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg
Dosis dan
aturan pakai : untuk anak-anak 5-7
mg/kg/hari atau 150-200 mg/ m2/hari, dosis terbagi setiap 8 jam.
Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. untuk hipertiroidisme
berat 450 mg/hari, untuk hipertiroidisme ocasional memerlukan 600-900 mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/haridalam
dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis untuk orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et
al, 2006)
Efek
samping : ruam kulit, nyeri sendi,
demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada kecendrungan pendarahan,
mual muntah, hepatitis.
Mekanisme
Obat: menghambat sintesis hormon tiroid dengan
memhambatoksidasi dari iodin dan menghambat sintesistiroksin dan triodothyronin
(Lacy, et al, 2006)
Resiko
khusus : .
Hati-hati
penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan
hipoprotrombinnemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui, penyakit hati (Lee,
2006).
Methimazole
Nama
generik : methimazole
Nama
dagang : Tapazole
Indikasi : agent antitiroid
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil.
Bentuk
sediaan : tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg
Dosis dan
aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3
x sehari); dosis pelihara 0,2 mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam
sehari.
Untuk
dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40 mg/hari; hipertiroid
berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
Efek
samping : sakit kepala, vertigo, mual
muntah, konstipasi, nyeri lambung, edema.
Resiko
khusus : pada pasien diatas 40 tahun
hati-hati bisa meningkatkan myelosupression, kehamilan (Lacy, et
al, 2006)
Karbimazole
Nama
generik : Karbimazole
Nama
dagang di Indonesia : Neo mecarzole (nicholas).
Indikasi : hipertiroidisme
Kontraindikasi : blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk
sediaan : tablet 5 mg
Dosis dan
aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai
eutiroid, lalu dosis diturunkan menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi
berlangsung 18 bulan.
Sebagai blocking
replacement regimen, karbamizole 20 – 60 mg dikombinasikan dengan
tiroksin 50 -150 mg.
Untuk
dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon.
Efek
samping : ruam kulit, nyeri sendi,
demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada kecendrungan pendarahan,
mual muntah, leukopenia.
Resiko
khusus : penggunaan pada pasien lebih
dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan,
kehamilan dan menyusui (Lacy, et al, 2006).
Tiamazole
Nama
generik : Tiamazole
Nama
dagang di Indonesia : Thyrozol (Merck).
Indikasi : hipertiroidisme terutama untuk pasien muda, persiapan operasi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas
Bentuk
sediaan : tablet 5 mg, 10 mg
Dosis dan
aturan pakai : untuk pemblokiran total
produksi hormon tiroid 25-40 mg/hari; kasus ringan 10 mg (2 x sehari); kasus berat 20 mg (2 x sehari); setelah fungsi
tiroid normal (3-8 minggu) dosis perlahan-lahan
diturunkanhingga dosis pemelihara 5 – 10 mg/hari.
Efek
samping : alergi kulit, perubahan pada
sel darah, pembengkakan pada kelenjar ludah.
BAB IV
OBAT KARDIOVASKULER
A.
OBAT
JANTUNG
Jantung
berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak di dalam dada, batas
kanannya tepat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima
kiri pada linea mid clavicular. Batas atas jantung terdapat pembuluh darah
besar (aorta, truncus pulmonalis, dll); bagian bawah terdapat diafragma; batas
belakang terdapat aorta descendens, oesophagus, dan columna vertebralis;
sedangkan di setiap sisi jantung adalah paru.
Obat
jantung atau cardiaca (Lat.cor=jantung) adalah obat-obat yang secara langsung
dapat memulihkan fungsi otot jantung yang terganggu ke keadaan normal. Dilihat
pada penyakit jantung:
1.
Dekompensasi
kordis atau kegagalan fungsi jantung → jantung penderita
tdk mampu memompa
2.
Aritmia
jantung → adanya selisih antara jumlah kontraksi atrium dg jmlh kontraksi
vertikal
3.
Angina
Pektoris dan infark → @ infrak – penyumbatan arteria koroner, Angina– nyeri
akibat berkurangnya aliran darah di arteria koroner
4.
Hipertensi→
tekanan darah ↑→ jantung harus bekerja lebih keras.
Pengobatan
dilakukan dengan :
3.
Glikosida
jantung
1)
Dekompensasi
kardis → glikosida jantung (digitalis) – meningkatkan kekuatan otot jantung,
sehingga curah sekuncup ↑ dan darah yg tersisa ↓
2)
Batas
keamanan obat sempit
3)
Ekskresi
obat berlangsung lambat → dpt terjadi penimbunan – keracunan
Perbandingan
beberapa macam glikosida jantung
Sediaan
|
Dosis
(mg)/ cara pemberian
|
Efek
|
Pemakaian
|
Digitalis
|
Oral
: 1200 (awal)
120 (panjang)
|
36
jam- 18 hari
|
Pengaturan
dan obat jalan
|
|
|
|
|
Digitoksin
|
Oral
: 1,2
I.V
: 1,2
|
12
jam 18 hari 8jam
|
Pengaturan
dan obat jalan
|
|
|
|
|
Lanatasid
|
Oral
: 1
I.V
: 0,8
|
2
jam 6 hari
Keadaan
gawat
|
Obat
jalan
|
|
|
|
|
Strotantin
|
I.V
: 0,5
|
30
menit 2 hari
|
Keadaan
gawat
|
Batasan
digitalis berhasil :
a.
Nafas normal/ sesak nafas hilang
b.
Penderita lebih segar dan kuat
c.
Edema hilang
d.
Produksi kemih meningkat
e.
BB turun
f.
TD disekitar normal
g.
Nadi normal dan teratur
h.
EKG dalam batas normal
4.
Anti
Aritmia dan Anti-fibrilasi
1)
Yang
banyak digunakan adalah
a)
Kuinidin,
Dosis kuinidin :
200 – 400 mg
b)
Prokainamid
Prokainamid : 500 –
1000 mg
2)
Manfaat
obat ini antara lain :
a)
mengurangi
kepekaan jantung thd rangsang
b)
menghambat
penghantaran saraf
c)
kekuatan
otot jantung ditekan
d)
Periode
istirahat jantung naik
5. Dilator koroner
1)
Gol
nitrit (Nitrogliserin, Eritritil tetranitrat, Amil Nitrit, Natrium nitrit )
2) Dipiridamol ( persantin )
3) Antagonis Ca ( Nifedipin, Verapamil, diltiazem,
penghambat Adrenoseptor ᵝ
6.
Obat
hipertensi
a.
Diuretik
( gol thiazid, furosemid )
b.
Penghambat
adrenergik (ᵝblocker, penghambat saraf
adrenergik
c.
Vasodilator
( Na Nitroprusid, Diazoksid) kerja plg cpt (efektif untuk pengobatan hipertensi
darurat)
d.
Penghambat
enzim konversi angiostensin (ACE inhibitor) – Captopril, Enalapril, lisinopril
e.
Antagonis
Calsium (Ca antagonis ) nifedipin, diltiazem, dan verapamil
B. OBAT
PIRAI (gout)
Dua
kelompok obat pirai sesuai penyakitnya :
1. Obat
yang menghentikan proses inflamasi akut :
Contoh obat :
a. Gol obat fenilbutason,
jenis enkapyrin (komposisi Isopropilantirin dan fenilbutazon)
Farmakologi :
Isopropilantipirin
merupakan suatu derivate fenazon,
dan biasanya diberikan bersama-sama analgesia, antiinflamasi dan antipiretik.
Penggunaan utamanya adalah untuk pengobatan penyakit reumatik dan penyakit
sejenis, tetapi tidak dianjurkan pada penggunaan untuk mengatasi nyeri ringan.
Kombinasi kedua obat teresbut efektif untuk mengatasi rasa nyeri karena
reumatik.
Indikasi :
Untuk mengatasi
pengobatan penyakit-penyakit rheumatic dan penyakit sejenis, untuk mengatasi
rasa nyeri pada rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis, penyakit pirai
(gout), asteoartritis, periartritis, serta untuk mengatasi rasa nyeri pada
sendi dan tulang.
Aturan pakai :
Menurut petunjuk
dokter, umumnya dewasa 2-3 kali sehari 1 tablet.
Efek samping :
Ringan: mual, ruam kulit, vertigo,
edema karena retensi air dan elektrolit, stomatitis, penglihatan kabur dan
sukar tidur, nyeri epigastrium dan diare.
b. oksifenbutazon
Oksifenbutazon merupakan metabolit pokok dari
fenilbutazon. Kerja dan efek sampingnya hanya sedikit berbeda dari
fenilbutazon. Sesungguhnya senyawa ini berkhasiat lebih lemah. Walaupun
memiliki gugus hidroksil fenolik, senyawa ini juga mempunyai waktu paruh yang
masih relatif tinggi yaitu sekitar 40 jam.
Efek Samping
Efek samping yang umum adalah ruam, retensi air dan edema
serta gangguan gastrointestinal mulai dari iritasi sampai ulserasi sehingga
pada manula dosis harus dikurangi dan pemakaian hanya dalam 1 minggu.
c. indometason
2. Obat
yang mempengaruhi kadar asam urat :
Contoh obat : probenesid, alupurinol, sulfin pirazon
Cara kerja alupurinol : menurunkan asam urat
bersifat urikostatik sehingga menghambat produksi asam urat. Urikostatik ini
yang akan berkait dengan diuretic.
Farmakodinamik alupurinol
: dengan menghambat ensim xantin oksidase
Reaksi
: hipoxantin xantin oksidase xantin asam urat
Melalui
mekanisme umpan balik alupurinol menghambat sintesis purin ynag merupakan
prekusor xantin.
Reaksi
: alupurinol enzim xantin oksidase
aloxantin ( masa kerja lebih lama daripada alupurinol).
3. OBAT
KESEIMBANGAN ASAM BASA
Tubuh manusia > proses fisikokimia
yang menunjang kehidupan sehar-hari. Jadi seluruh system metabolisme
bekerjasama dengan harmonis satu sama lain dalam menjalankan fungsi
masing-masing. Jadi elektrolit dan cairan salah satu faktor yang berperan dalam
menjaga keseimbangan.
Secara kimiawi, elektrolit adalah
unsure-unsur yang berperan sebagai ion dalam larutan dan memiliki kapasitas
sebagai konduksi listrik. Keseimbangan elekrtolit penting agar sel dan organ
dapat berfungsi secara normal. Elektrolit terdiri atas kation dan anion.
Kation
: natrium, kalium, dan magnesium
Anion
: klorida, bicarbonate, fosfat
Jadi gangguan elektrolit diartikan
sebagai suatu keadaan dimana kadar elektrolit di dalam darah berada dalam
rentan nilai yang tidak normal. Bisa turun atau naik melebihi normal.
Keseimbangan
natrium dalam cairan:
Na adalah kation utama cairan
ekstraseluler. Peningkatan osmomalitas akibat absorbsi Na akan kehilangan
cairan yang berlebih, menyebabkan cairan intraseluler keluar. Untuk
menyeimbangkan tekanan osmotic maka diperlukan osmoregulator (hipotalamus dan antidiuretik hormone)
Keseimbangan
kalium :
Kation utama kompartemen cairan
intraseluler. Sekitar 90% asupan kalium di ekskresikan di urine dan 10% di
feses. Perubahan sedikit sdaja pada kalium intraseluler akan berdampakbesar
pada konsentrasi kalium plasma. Ketika kadar kalium ekstrasel naik akibat
asupan yang banyak atau disebabkan oleh pembebasan kalium internal, maka regulasi
akun ini terjadi merupakan control hormonal.
1. Insulin
Diekskresikan
segera setelah makan dan ini akan menstimulasi Na, K mendistribusikan kalium.
2. Epineprin
meningkatkan ambilan kalium sel, memicu terjadinya peningkatan kalium plasma.
3. Aldostron juga berperan dalam menigkatkan konsentrasi
perubahan Ph mempengaruhi distribusi
kalium ekstra dan intraseluler. Pada asidosis konsentrasi K ekstraseluler
meningkat, sedangkan alkalosisi cenderung membuat hipokalemia.
Keseimbangan
magnesium:
Kation keempat terbanyak di dalam tubuh
dan kation ekstraseluler kedua terbanyak. Pada keseimbangan Mg melibatkan
ginjal, usus halus, dan tulang.
Gangguan
keseimbangan pada:
-
Natrium terjadi hiponatremia dan
hipernatremia
-
Kalium terjadi hipokalemia dan
hiperkalemia
-
Kalsium terjadi hipokalsemia dan
hiperkalsemia
-
Magnesium terjadi hipomagnesemia dan
hipermagnesemia.
Penatalaksanaan
pada gangguan keseimbangan:
1. Natrium
Hiponatremia
(menghentikan obat yang ikut menyebabkan hiponatremia). Obat-obat
penatalaksanaannya diberi larutan pengganti yang diberikan adlah natrium
hipertonik (NaCl 3% atau 5%). Dapat diberikan sediaan oral yaitu berupa tablet
garam.
Hiponatrmia:
deficit cairan tanpa elektrolit dengan dekstrosa 5% mengganti deficit air.
2. Kalium
Hipokalemia
: pemberian kalium (aspar K, kalium)dan liat es obat pada pasien yang dalam
pengobatan dengan digitalis, basa kuat, oral, IV.
Hiperkalemia
: EKG, kalsium glukomat IV
3. Kalsium
Hipokalsemia
(dekstrosa 5%, Ca glukonat)
Hiperkalsemia
:etidronal oral 1200-1600 mg.
4. Magnesium
Hipomagnesemia
: MgSO4, dekstrosa 5%
Hipermagnesemia
: kalsium glukomat, Ca glukonat, obat-obat diuretik
Diagnosis ditegakan berdasarkan temuan
klinis dan hasil laboratoriaum. Penatalaksanaan mencakup koreksi elektrilit dan
mengatasi penyakit yanmg mendasari.
Bagus om postingannya, cuman lebih bagus lagi jika dicantumin referensinya. (Y)
BalasHapus